Home » Agama » Minoritas » Minoritas

Minoritas

5/5 (1)

IslamLib – Konon, negeri ini berdiri di atas semua golongan. Negara ini dibangun berdasarkan kesepakatan dari semua unsur masyarakat untuk membangun dan hidup bersama. Apakah semua itu sudah berjalan atau masih angan-angan?

Persoalan besar yang menghadang pembangunan Indonesia adalah masih adanya masalah yang dihadapi oleh kelompok-kelompok marjinal dan minoritas. Kelompok-kelompok itu adalah minoritas penganut kepercayaan dan agama-agama lokal.

Di samping itu, kelompok LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender) juga menjadi korban dari sistem kehidupan berbangsa yang diskriminatif. Kelompok lain yang juga minoritas yang didiskriminasi adalah difabel.

Kelompok-kelompok minoritas ini didiskriminasi dalam tiga level. Pertama, mereka tidak memeroleh pengakuan. Mereka hidup di tengah masyarakat tapi seolah-olah tidak ada. Mereka dianggap sebagai penyimpangan yang harus dilupakan.

Kedua, representasi. Karena mereka tidak memeroleh pengakuan, akhirnya aspirasi mereka dalam kehidupan publik tidak terakomodir. Lihatlah, misalnya, tata kota dan bangunan. Sama sekali tidak ditemukan sebuah representasi bagi kelompok difabel. Bangunan-bangunan kota begitu angker bagi mereka.

Sementara bagi kelompok-kelompok minoritas kepercayaan dan agama lokal, suara-suara mereka tidak terdengar. Tidak sekedar tidak memiliki representasi dalam sistem sosial, kelompok LGBT bahkan dipinggirkan dan dikriminalkan.

Ketiga, redistribusi. Pada akhirnya, layanan publik yang seharusnya menjangkau semua warga negara tidak diperoleh oleh kelompok-kelompok minoritas-marjinal. Begitu banyak kasus bagaimana penganut agama dan kepercayaan lokal selalu menghadapi persoalan ketika mereka mengurus identitas, mengurus perkawinan, pendidikan, dan mencari pekerjaan.

Dalam kartu identitas (KTP), jelas kelompok LGBT selalu kebingungan ketika mereka mesti mencantumkan identitas kelamin. Ketika terpaksa memilih jenis kelamin perempuan atau laki-laki, mereka sebenarnya membohongi diri sendiri. Dalam beberapa kasus, pengakuan sebagai laki-laki atau perempuan bagi LGBT menjadi masalah besar dan harus masuk meja hijau.

Dengan tidak berpihaknya pembangunan fisik bagi kelompok difabel, mereka akhirnya tidak memeroleh akses yang setara dengan masyarakat lainnya. Mereka juga kurang memeroleh akses pendidikan setara. Kalaupun bisa, mereka dimasukkan ke sekolah-sekolah luar biasa (SLB) yang jelas memiliki kualitas yang jauh berbeda.

Persoalan ini harus kita pikirkan, sebab kita sudah memilih untuk hidup bersama tanpa diskriminasi.

Silahkan nilai tulisan ini

Leave a Reply

Your email address will not be published.