Hanya beberapa bulan sejak berdiri, Maret 2001, Jaringan Islam Liberal (JIL) dikenal sebagai kelompok yang turut menghangatkan perbincangan di seputar masalah-masalah keagamaan di Tanah Air.
Tujuan kami mengumumkan pemikiran-pemikiran itu kepada publik – terutama umat Islam, tapi juga khalayak non-muslim, termasuk di mancanegara — bukanlah untuk membuat mereka menganut “paham JIL” atau untuk “men-JIL-kan” seluruh masyarakat muslim. Ambisi semacam ini tentu tak pada tempatnya, selain tak realistis.
Tujuan kami hanyalah menawarkan pelbagai kemungkinan lain bagi aneka masalah keagamaan yang oleh banyak orang dianggap telah baku, tuntas, dan karenanya tidak mungkin – selain tak ada manfaatnya – dipersoalkan atau ditinjau ulang. Pada hemat kami, banyak di antara ihwal keagamaan tersebut terbuka untuk direnungkan dan didiskusikan kembali.
Kami menganggap banyak di antara doktrin-doktrin keagamaan tersebut yang perlu dilihat secara lebih jernih dan tajam; digeledah fakta-fakta sejarahnya, dilacak asal-usul dan argumen-argumen pembentukan/pembakuannya, dicermati maksud-maksud pokoknya yang dapat berbeda dari bunyi teksnya di permukaan, ditimbang relevansinya dengan situasi kekinian.
Ringkasnya: supaya agama, sebagai sumber nilai, berjalan seiring dengan kemanusiaan universal atau bahkan menjadi pedoman yang wajar dalam mengilhami perilaku hidup manusia di banyak bidang, sebagai individu dan anggota masyarakat.
Semua itu berlaku untuk aspek-aspek sosial/publik (mu’amalah) agama ini, bukan segi-segi peribadatan dan tata caranya, yang merupakan urusan pribadi masing-masing dan memang bukan pusat perhatian JIL.
Bahwa kemudian ide-ide JIL memunculkan kontroversi, itu kami pandang sebagai risiko inheren, meski kontroversi pastilah bukan tujuan kami. Sangat kami sayangkan bahwa kontroversi itu berkembang menjadi kekerasan atau fitnah.
Kini JIL menjadi sasaran empuk bagi aneka fitnah. Segala ide yang dianggap “nyeleneh” dinisbatkan pada JIL, padahal mungkin JIL sendiri bukan hanya tak pernah berpendapat demikian tapi bahkan tidak setuju dengan ide-ide itu. JIL telah dijadikan nama generik untuk segala ide yang dipandang buruk tentang agama.
Isu terbaru adalah menyangkut sebuah buku berjudul Indahnya Perkawinan Sejenis. Buku ini digosipkan sebagai produk JIL, atau setidak-tidaknya pihak penulis/penerbitnya punya hubungan dengan JIL. Isu ini tidak benar. Meski kami menghormati hak orang lain untuk mengutarakan pendapat mereka tentang hal itu, kami tidak setuju pada isinya yang dicerminkan dari judul sensasional itu.
Kami selalu siap mempertanggungjawabkan ide-ide JIL, dengan keyakinan mendalam bahwa ide-ide itu belum tentu benar. Sikap bertanggung jawab kami pandang sebagai bagian dari martabat dan kehormatan. Kami sendiri tidak akan, dan tak akan pernah, melakukan fitnah terhadap siapapun. Sebab hal itu kami pandang menciderai kehormatan diri, hal yang sangat dipentingkan dalam Islam.
Kami berharap para pelontar fitnah pun kembali ke kejernihan pikiran. Mari kita kembali bertukar pikiran secara wajar dan sehat, sebagai cara kita menyatakan bahwa kita termasuk orang-orang yang rendah hati berhadapan dengan kebenaran mutlak yang merupakan milik Tuhan.
Dan perbedaan pendapat tidak harus diakhiri dengan kata sepakat. Semua pihak sah untuk tetap memegang pendapat masing-masing, bahkan setelah semua argumen yang relevan dipaparkan.
Yang penting: semuanya dilakukan dengan wajar, sesuai martabat kita sebagai manusia, dan dilakukan dengan kejujuran maksimum. Semuanya demi mendekati kebenaran yang merupakan hak mutlak Tuhan itu.