Home » Gagasan » LGBT, Agama, Teks Alkitab, dan Temuan Sains Modern

LGBT, Agama, Teks Alkitab, dan Temuan Sains Modern

3.44/5 (32)

Hormon-hormon seks dan faktor genetik. Ok, bagaimana, apakah LeVay memandang ada peran faktor genetik dalam penentuan seksualitas manusia? Atau dia sama sekali menafikannya? Apakah gen-gen mempengaruhi pembentukan orientasi seksual seseorang? Dalam pendahuluan bukunya, dia menyatakan bahwa

Berdasarkan penemuan-penemuan ini dan penemuan-penemuan dari para peneliti lainnya, tampaklah masuk akal untuk bertanya apakah perbedaan-perbedaan bawaan kelahiran di dalam organisasi otak, setidaknya sebagian darinya berada di bawah kendali genetik, tidak dapat menjadi basis keanekaragaman di dalam fungsi-fungsi mental dalam diri manusia, termasuk fungsi-fungsi mental yang terkait dengan seks./46/

Dalam bab terpanjang bukunya, bab 12, yang membeberkan panjang lebar analisis-analisisnya terhadap orientasi seksual, LeVay pada bagian kesimpulannya menyatakan bahwa

 Sebagai rangkuman, aku harus menegaskan, pertama, bahwa faktor-faktor yang menentukan apakah seseorang akan menjadi heteroseksual, biseksual atau homoseksual, masih banyak yang belum diketahui. Namun kita sudah mendapatkan petunjuk-petunjuk bahwa orientasi seksual seseorang dengan sangat kuat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian selama masa-masa perkembangan dini otak ketika otak sedang membuat pembedaan-pembedaan seksualitas yang berlangsung di bawah pengaruh molekul-molekul hormon-hormon seks (gonadal steroids)./47/

Jadi, baginya, orientasi seksual berhubungan dengan pertumbuhan otak manusia dan hormon-hormon seks. Alih-alih menolak adanya faktor genetik yang membentuk orientasi seksual seseorang, LeVay mengambil posisi adanya interaksi antara faktor genetik (nature) dan faktor lingkungan kehidupan dan kebudayaan manusia (nurture) yang membentuk perilaku seksual orang dewasa.

Dengan jelas, LeVay menyatakan bahwa “keadaan-keadaan pikiran manusia yang ditentukan masyarakat dan yang paling remang-remang sekalipun adalah suatu perkara gen-gen dan kimia otak juga.”/48/ Perhatikan pernyataan-pernyataan lainnya berikut ini.

Aku tidak tahu―dan juga orang lain manapun―apa yang membuat seseorang itu gay, biseksual atau heteroseksual. Tetapi aku sungguh percaya bahwa jawaban atas pertanyaan ini akan akhirnya ditemukan dengan melakukan riset biologi di laboratorium, dan bukan cuma membicarakan topik ini, yang merupakan cara umum yang kebanyakan orang telah lakukan hingga sekarang ini. … Mempercayai suatu penjelasan biologis terhadap orientasi seksual tidaklah sama dengan menegaskan bahwa bahwa orientasi seksual itu bawaan kelahiran atau ditentukan secara genetik. Seluruh kehidupan mental kita melibatkan proses-proses biologis. …Baik faktor bawaan kelahiran maupun faktor lingkungan kehidupan mempengaruhi kita dengan mempengaruhi struktur anatomis atau kimiawi otak.”/49/

 Juga ini, yang ditulisnya pada bagian epilog bukunya itu (yang diberinya judul “Two Artificial Gods”):

Sangatlah mungkin bahwa pengalaman kehidupan memainkan peran signifikan dalam membentuk dan menghasilkan detail-detail dorongan seksual seseorang. Namun di sini pun potensi-potensi bagi perbedaan-perbedaan bawaan kelahiran harus tidak diabaikan. Kita tahu, misalnya, bahwa pilihan-pilihan atas makanan kita dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik; jadi, tidak ada alasan mengapa hal yang sama harus tidak terjadi juga pada pilihan-pilihan kehidupan seksual kita.

Pastilah masa depan akan membawa kemajuan-kemajuan besar dalam pemahaman kita tentang mekanisme-mekanisme dan perkembangan seksualitas. Bidang yang paling memberi harapan untuk dieksplorasi adalah mengenali dan menemukan gen-gen yang mempengaruhi perilaku seksual dan studi-studi tentang kapan, di mana dan bagaimana gen-gen ini memberi efek-efek./50/

“Gen-gen gay” dalam sejarah evolusi spesies. Bahkan LeVay juga berbicara tentang “gen-gen gay” (gay genes) dari sudut pandang evolusioner “survival of the fittest” dan “the struggle for life” dalam konteks reproduksi organisme versus kepunahan suatu populasi. Tulisnya,

Kondisi homozygous [yakni kondisi adanya versi-versi seragam dari sebuah gen pada dua anggota dari sepasang kromosom] hanyalah suatu produk sampingan yang tidak diinginkan, yang muncul pada beberapa keturunan pasangan yang kawin di antara individu-individu heterozygous [yakni, yang gen-nya memiliki versi-versi yang berbeda dalam dua anggota dari sepasang kromosom].

Hal yang sama dapat terjadi pada gen gay: Suatu gen gay dapat terpelihara di dalam suatu populasi berhubung individu-individu heterozygous, selain tidak menjadi seorang gay, memiliki suatu keuntungan lain yang menyempurnakan sukses reproduksinya.

Suatu kemungkinan lain yang terakhir adalah bahwa gen-gen gay, dilihat dari sukses reproduksi, sebetulnya merupakan gen-gen yang berbahaya, dan karenanya cenderung tereliminasi dari populasi; tetapi untuk beberapa alasan gen-gen varian diciptakan kembali dengan sangat cepat sehingga gen-gen yang tereliminasi digantikan dengan gen-gen yang baru./51/

Sebagaimana sudah disebut di atas, dengan temuan teknik reproduktif mutakhir yang menggunakan gen SOX17, orang-orang yang mempunya “gen-gen gay” tidak lagi perlu dinilai akan memunahkan kehidupan karena ketidakmampuan mereka menghasilkan keturunan sendiri. Lewat teknik ini, dari kulit mereka sendiri, para homoseksual dapat menghasilkan keturunan mereka sendiri. Mungkin LeVay perlu diberitahu tentang temuan metode reproduktif mutakhir ini.

Di tahun 2011, LeVay menerbitkan sebuah bukunya lagi, Gay, Straight, and the Reason Why: The Science of Sexual Orientation. Dia juga menemukan bahwa otak gay bukan saja tampak berbeda dari otak heteroseksual, tapi juga berfungsi berbeda. LeVay juga menemukan bahwa pembawaan-pembawaan psikologis yang berbeda pada gay biasanya begitu rupa sehingga gay dapat bergeser ke OS lain jika dibandingkan dengan individu-individu heteroseksual dari jenis mereka sendiri.

Tulis LeVay,

Sukar untuk menjelaskan pergeseran ini hanya sebagai akibat dari kondisi sebagai gay saja. Sangat mungkin pergerseran OS kalangan gay ini menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan dalam perkembangan seksual dini dalam otak, perbedaan-perbedaan yang berpengaruh pada satu ‘paket’ pembawaan-pembawaan psikologis gender, termasuk OS. /52/

Dari fakta-fakta neural ini LeVay menyimpulkan bahwa ada proses-proses biologis yang terlibat dalam perkembangan otak yang berpengaruh pada orientasi seksual seseorang.

Bagian otak MPAC dan kromosom Xq28. Setelah LeVay menulis makalah perdananya yang terbit di jurnal Science, di tahun berikutnya, 1992, tim peneliti dari UCLA menemukan suatu bagian lain dalam otak yang berhubungan dengan seksualitas (yakni “midsagittal plane of the anterior commissure”, atau MPAC), yang ukurannya 18% lebih besar pada diri kalangan gay dibandingkan kalangan perempuan heteroseksual dan 34% lebih besar dibandingkan kalangan pria heteroseksual.

Perbedaan-perbedaan anatomis ini, yang berhubungan dengan gender dan OS, sebagian melandasi perbedaan-perbedaan dalam fungsi kognitif dan lateralisasi serebral [pembagian dan ketidakseimbangan fungsi-fungsi bagian otak kanan dan bagian otak kiri] di antara kalangan gay, pria heteroseksual dan perempuan heteroseksual./53/

Di tahun 1993, suatu kajian yang tidak terlalu besar (terdiri atas 38 pasangan gay bersaudara) yang dilakukan Dean Hamer menemukan adanya suatu hubungan OS dengan suatu bagian kromosom X yang dinamakan Xq28, yang dapat membentuk kecondongan OS seseorang ke homoseksualitas. Tetapi sejak itu, pencarian “gen gay” masih terus berlangsung.

Suatu kajian yang jauh lebih besar (mencakup 409 pasangan gay bersaudara) yang dilakukan tahun 2004 oleh psikolog J. Michael Bailey dan psikiatris Alan R. Sanders tiba pada kesimpulan yang sama: ada hubungan antara Xq28 dan suatu bagian dari kromosom 8.

Di lain pihak, teknik menemukan “hubungan genetik” antara gen dan homoseksualitas kini mulai beralih ke pendekatan yang lebih luas, yang dinamakan “Asosiasi Luas Genom”, atau “Genome-Wide Association” (atau GWA) untuk menemukan “gen spesifik” yang berhubungan dengan homoseksualitas dalam suatu populasi./54/

Faktor lingkungan dalam rahim. Kondisi lingkungan dalam rahim juga dipikirkan berperan penting dalam membentuk OS, sebab sebagian faktor yang menentukan perkembangan suatu janin adalah peringkat dan campuran hormon-hormon yang melingkungi setiap janin selama masa kehamilan.

Di tahun 2006, psikolog Anthony Bogaert dari Universitas Brock di Kanada menyelidiki fenomena yang tidak pernah dapat dijelaskan, yakni fenomena urutan kelahiran yang kelihatannya ikut membentuk seksualitas: pria gay cenderung memiliki lebih banyak kakak lelaki ketimbang pria heteroseksual.

Dengan menggunakan sejumlah 944 pria homoseksual dan heteroseksual sebagai sampel, Bogaert menemukan fakta-fakta ini: seorang anak sulung pria memiliki 3% peluang untuk menjadi gay, dan persentase ini naik 1% untuk setiap anak lelaki berikutnya sampai menjadi dua kali lipat (yakni 6%) pada anak lelaki keempat.

Mungkin sekali keadaan yang dibentuk oleh urutan kelahiran ini melibatkan juga sistem kekebalan tubuh sang ibu. Setiap bayi, lelaki atau perempuan, mula-mula diperlakukan sebagai sosok penyerbu yang masuk ke dalam tubuh sang ibu. Beranekaragam mekanisme bekerja otomatis untuk mencegah sistem tubuhnya menolak si janin dalam kandungannya.

Bayi-bayi lelaki, dengan protein-protein lelaki mereka, dipersepsi sedikit lebih asing ketimbang bayi-bayi perempuan; akibatnya, tubuh sang ibu memproduksi lebih banyak antibodi khusus gender untuk melawan bayi-bayi lelaki itu. Setelah melewati banyak kali kelahiran bayi-bayi lelaki, rahim sang ibu menjadi lebih “terfeminisasi”, dan kondisi ini dapat membentuk seksualitas./55/

Perbedaan ciri fisik dan kebiasaan. Selain itu, panjang jari juga menunjukkan seksualitas manusia dibentuk oleh biologi. Telunjuk para pria heteroseksual kentara lebih pendek dibandingkan jari tengah mereka. Jari telunjuk dan jari tengah perempuan heteroseksual nyaris sama panjang. Jari seorang lesbian seringkali sama panjang dengan jari lelaki heteroseksual. Keadaan-keadaan ini telah lama secara informal diamati, tetapi suatu kajian yang dilakukan tahun 2000 di Universitas of California, Berkeley, tampak membenarkan pengamatan ini.

Kalangan lesbian juga tampak memiliki perbedaan-perbedaan pada bagian dalam telinga mereka, di tempat-tempat yang sebenarnya tidak dimungkinkan. Dalam diri semua orang, suara bukan hanya masuk tetapi juga meninggalkan telinga dalam bentuk yang dikenal sebagai emisi otoakustik, yakni getaran-getaran yang muncul dari interaksi kokhlea dan tambur telinga, dan getaran-getaran ini dapat dideteksi oleh instrumen-instrumen. Perempuan heteroseksual cenderung memiliki frekuensi emisi otoakustik yang lebih tinggi dibandingkan lelaki heteroseksual, tetapi para lesbian tidak.

Kajian-kajian lain telah mengeksplorasi adanya suatu hubungan antara homoseksualitas dan kebiasaan bertangan kidal. Pria gay lebih mungkin kidal atau memakai kedua belah tangannya. Diusulkan ada tiga faktor yang mungkin menghubungkan orentasi seksual dengan kidal atau bukan-kidal, yakni: lateralitas serebral dan hormon-hormon seks yang mempengaruhi janin-janin; reaksi-reaksi imunologis sang ibu terhadap janin-janin; ketidakstabilan perkembangan janin-janin.

Penelitian kebiasaan bertangan kidal atau tidak, dan hubungan kondisi ini dengan homoseksualitas, telah dilakukan oleh suatu tim yang menggunakan metaanalisis terhadap 20 studi yang membandingkan peringkat kidal pada 6.987 homoseksual (6.182 gay, dan 805 lesbi) dan 16.423 heteroseksual (14.808 pria dan 1.615 wanita)./56/

Tentang kebiasaan kidal pada kalangan homoseksual, LeVay menyatakan bahwa kecenderungan lesbian dan gay untuk kurang konsisten memakai tangan kanan dibandingkan heteroseksual menyarankan bahwa fungsi serebral otak mereka dapat kurang kuat terlaterisasi.

Faktanya, ada sejumah bukti langsung untuk mendukung ide bahwa fungsi-fungsi serebral kalangan gay lebih simetrik terdistribusi ke kawasan kanan dan kawasan kiri otak dibandingkan keadaannya pada kalangan heteroseksual. McCormick dkk telah menyarankan bahwa kidal terjadi karena peringkat hormon seks androgen yang luar biasa tinggi dalam janin-janin perempuan, tetapi luar biasa rendah dalam janin-janin lelaki./57/

Selain itu, ditemukan bahwa rambut pada bagian mahkota kepala pria gay cenderung tumbuh berlawanan arah dengan gerak jarum jam. Tetapi belum ada kesepakatan bulat mengenai hubungan gelungan rambut alamiah pada seksualitas./58/

Jelas, genetika atau biologi adalah faktor kuat dalam memunculkan OS manusia, termasuk manusia homoseksual. Ini fakta yang tidak boleh disangkal atas nama doktrin agama atau ideologi apapun. Jika OS itu genetik atau biologis, itu artinya jika seseorang menjadi homoseksual, kondisi OS-nya ini berada di luar kekuasaannya untuk menolaknya, sama seperti seseorang tidak bisa menolak apakah akan dilahirkan sebagai lelaki ataukah sebagai perempuan.

Dalam bahasa keagamaan―tentunya para agamawan yang kebanyakan membenci LGBT bisa memahami―kita katakan bahwa seseorang menjadi homoseksual adalah karena “takdir ilahi”, yang dia tidak bisa tolak atau lawan sejak sebagai janin. Jadi, membenci LGBT pasti tidak dikehendaki Tuhan Allah, sang Pencipta mahabesar, al-Rahman dan al-Rahim. Kebencian apapun tidak sejalan dengan kerahiman dan kerahmanian Allah. 

Interaksi gen, epigen dan lingkungan kehidupan. Tetapi, tentu saja, genetika atau biologi bukan segala-galanya yang membentuk jatidiri seksual anda. Semua aspek kehidupan kita tidak hanya genetis atau biologis (nature), tetapi juga dibentuk oleh pendidikan dan pengasuhan (nurture), lingkungan sosial kita hidup sehari-hari (social life environment), kebudayaan kita, kondisi ekologis, gaya hidup, dan tentu saja teknologi.

Kemauan gen tidak otomatis akan menjadi terwujud. Semua faktor ini berinteraksi, ada yang berpengaruh sangat kuat dan ada yang sedang-sedang saja, dan ada yang lemah. Interaksi berbagai faktor ini juga sangat ditekankan oleh LeVay. Kelly Servick dengan tepat menyatakan bahwa

Setiap kecondongan pembawaan genetik mungkin sekali berinteraksi dengan faktor-faktor lingkungan kehidupan yang mempengaruhi perkembangan suatu orientasi seksual. /59/

Tidak ada lingkungan kehidupan yang statis, tanpa gerak dan perubahan lagi.

Karena itu, saya memandang, seksualitas manusia juga dinamis, bukan sesuatu yang sudah jadi dan final begitu dilahirkan hingga ajal, sama halnya dengan segi-segi lain dari diri kita, misalnya kecerdasan dan kearifan, kematangan emosional, serta bentuk tubuh dan perawakan. Oleh teknologi, tubuh dan perawakan serta penampilan kita (mau sexy, jantan, atau biasa-biasa saja) dapat dibentuk.

Begitu juga gen-gen kita sekarang sudah dapat direkayasa, di-edit, dimodifikasi, lewat teknik mutakhir yang dinamakan “DNA-editing” (CRISPR-Cas9), untuk menghasilkan spesies homo sapiens yang berpenampilan lain, makin cerdas dan makin kuat.

Teknik DNA-editing ini yang dipraktekkan pada suatu organisme di saat masih sebagai embrio, menghasilkan perubahan genetik pada embrio ini yang nanti akan tampak dalam bentuk tubuh dan sifat mental ketika embrio sudah menjadi organisme utuh dan tumbuh dewasa, dan perubahan genetik ini bersifat menetap dan akan diteruskan ke generasi-generasi selanjutnya.

Sejauh yang sudah kita ketahui, teknik mengedit DNA ini (yang sudah sama mudahnya dengan kita mengedit sebuah makalah dengan MS Word!) baru diterapkan pada hewan-hewan, dan belum ada pihak yang terang-terangan memberitakan bahwa teknik ini telah diterapkan pada manusia untuk menghasilkan ras manusia unggulan atau ras eugenik.

Dalam dunia dan jaga raya ini, segalanya mengalir, impermanen, berubah. Tanpa perubahan, sesuatu akan mati. Definisi-definisi lama kita tentang seksualitas manusia juga berubah. Perubahan dalam zaman modern kini ibarat sebuah kereta listrik magnetik supercepat yang sedang melesat ke depan.

Jika anda mau menghambat atau menghentikan perubahan, anda akan digilas habis dan lumat oleh kereta perubahan ini. Menghadapi berbagai perubahan apapun yang ditimbulkan oleh sains modern, anda harus pertama membuka diri, kemudian memahami betul-betul perubahan-perubahan yang sedang terjadi, lalu memberi tanggapan teduh, positif, pro-aktif, cerdas, terpelajar, dan kritis.

Silahkan nilai tulisan ini

Leave a Reply

Your email address will not be published.