Kita berandai-andai Bung Baso. Kalau kemarin paket Ibu Megawati dan Pak Hasyim Muzadi berhasil dalam pemilu presiden, mungkinkah peta muktamar akan berbeda?
Masalah antara Gus Dur dengan Pak Hasyim justru akan lebih runcing. Sekarang ini, suasananya memang berpihak kepada Gus Dur. Gus Dur kini mampu memobilisasi dukungan, misalnya dari Kiai Langitan, juga Gus Mus.
Bahkan menurut cerita terakhir, Gus Mus yang awalnya tidak bersedia menjadi calon Ketua Umum PBNU, sekarang malah bersedia. Itu sesuatu yang mengejutkan, meskipun kesediaan tidak diungkapkan oleh Gus Mus sendiri, tapi dari orang dekatnya.
Berdasarkan informasi media massa, kelihatannya cabang-cabang banyak juga yang mendukung Pak Hasyim, ya?
Kalau menurut orang-orang seperti Pak Masdar, Gus Solah atau Gus Dur, peta kekuatan sekarang berbeda lagi. Gus Dur mengklaim 90% dukungan sudah di tangan, Pak Masdar juga mengklaim punya dukungan, Gus Solah juga.
Kira-kira seberapa menentukan faktor Gus Dur dalam muktamar kali ini, kalau perseteruannya kita kerucutkan antara Gus Dur dengan Pak Hasyim?
Sekarang masih belum bisa dikerucutkan, karena Gus Dur juga punya banyak masalah di internal NU, terutama di jaringan PKB-nya. Saya kira yang akan menentukan muktamar kali ini adalah arena muktamar itu sendiri.
Menit-menit terakhir muktamar menjelang pemilihan akan penuh kejutan-kejutan. Dari pihak Gus Dur memang sudah ada sejumlah skenario. Kalau nantinya Gus Dur gagal mengalahkan Kiai Sahal dalam pertarungan had to had di syuriah, maka dia akan mencalonkan adiknya, Gus Solah untuk tanfiziyah.
Kata Gus Solah, yang bisa menghadang lajunya Pak Hasyim itu cuma dua orang: Gus Mus atau dirinya sendiri. Untuk itu dia meminta Pak Masdar untuk tidak ngotot masuk bursa kandidat, karena nanti justru akan berbahaya kalau suara lawan Pak Hasyim terpecah.
Jadi sudah ada skenario seperti itu. Tapi tentu kita tidak tahu sejauh mana skenario itu akan terbukti dalam muktamar. Masing-masing pihak tentu sudah punya banyak trik.
Kira-kira, sejauh apa aspirasi anak muda NU yang mengadakan Mubes di Cirebon kemarin, memiliki pengaruh di Muktamar kali ini? Kita tahu, mereka punya aspirasi dan desakan agar setiap pengurus NU nantinya menandatangani kontrak untuk tidak terlibat dalam permainan politik praktis dan tidak duduk dalam struktur politik.
Untuk muktamar kali ini mungkin belum banyak berpengaruh secara langsung. Tapi secara tidak langsung mereka sudah melakukan beberapa manuver ke sejumlah kiai. Orang-orang seperti Imam Aziz sudah melakukan itu guna mempengaruhi opini publik di kalangan pengurus cabang.
Ini diperlukan agar mereka punya suara berbeda dengan pengurus sekarang. Memang pengaruhnya mungkin belum ada pada muktamar kali ini, tapi muktamar 5 tahun ke depan.
Nama-nama kandidat yang muncul menjelang muktamar ini kelihatan masih nama-nama lama seperti Pak Tholhah Hasan yang dipopulerkan Gus Dur, dan Gus Mus. Kapan anak muda bisa masuk dalam struktur kepengurusan PBNU?
Memang tidak mesti mereka (yang muda) kan? Dengan mengajukan dukungan kepada Gus Mus saja, itu sudah peran maksimal yang mampu dicapai kaum muda untuk muktamar kali ini.
Ketika Gus Mus atau Pak Masdar terpilih sebagai Ketua Umum PBNU, itu sudah harapan baru. Sebab, hal pertama yang perlu diperjuangkan adalah sterilisasi NU dari politik; jangan sampai NU terjebak dalam permainan politik praktis lagi.
Itu yang menjadi taruhan kita di muktamar kali ini. Syaratnya, yang penting bukan Pak Hasyim (lagi) yang terpilih!