IslamLib – Hari-hari ini, di rumah saya hampir tak ada perbincangan lain selain tentang renovasi mesjid yang letaknya tak jauh dari rumah kami. Kalau tidak salah, proses renovasi mesjid ini sudah berlangsung sekitar enam bulan lalu, namun hingga kini tak kunjung selesai.
Itulah yang selalu dikritisi oleh orang-orang di rumah. Manajemen yang kurang baik, dana yang tak cukup, serta tidak becusnya cara bekerja sang tukang adalah beberapa hal yang dicurigai menjadi penyebab lambannya renovasi mesjid tersebut.
Tersenyum menyaksikan perbincangan di meja makan ini adalah sikap bijak, saya pikir. Namun dalam hati saya agak menggerutu, “Ckckck…tentang ini lagi, ini lagi!”
Yang dikeluhkan selalu berputar-putar terkait lambannya penyelesian renovasi, soal design, pemilihan warna keramik, dan soal fisik lainnya. Tak ada perbincangan tentang pembangunan kios di pekarangan mesjid yang bisa dimanfaatkan masyarakat miskin di sekitar mesjid, misalnya.
Tentu saja gerutu ini bukan bermaksud menyalahkan orang-orang di rumah saya. Sebagaimana masyarakat umum yang memahami mesjid hanya sebagai tempat ibadah, wajar jika fokus perbincangan mereka masih berputar di wilayah itu.
Mesjid Dahulu. Umumnya, jarang kita mendengar masyarakat berbincang tentang mesjid di luar soal sembahyang, mengaji, berzikir, dan ibadah semacamnya. Padahal fungsi dan kegunaan mesjid sebetulnya tidak hanya itu.
Di zaman Rasululullah, mesjid tak hanya digunakan untuk beribadah tetapi juga menjadi tempat kegiatan sosial, budaya, pendidikan, ekonomi, bahkan politik. Kegiatan belajar-mengajar pun biasanya dilakukan di mesjid. Tak hanya belajar agama, tapi juga pelajaran umum lainnya.
Ketika hendak berperang, Nabi dan pasukannya membincang strategi-strategi perang di mesjid. Tamu kebesaran yang berkunjung juga disambut oleh Nabi di dalam Mesjid.
Para musafir yang sedang dalam perjalanan biasanya menjadikan mesjid sebagai tempat peristirahatan. Membincang dan mencari solusi berbagai macam persoalan umat juga dilakukan di mesjid.
Dengan berbagai kegiatan di atas, terlihatlah fungsi mesjid tidak hanya sebagai pusat ibadah tapi juga pusat peradaban manusia. Keberadaaan mesjid betul-betul bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya. Itulah mengapa masyarakat senang mendatangi dan memakmurkan mesjid.
Mesjid Kini. Bagaimana dengan mesjid di masa kini? Masihkah kita temukan berbagai kegiatan seperti yang pernah berlangsung di zaman Nabi? Hampir tidak, jawabannya. Kalau pun masih ada, mungkin hanya di Mesir sana.
Semangatnya kini telah bergeser. Jika dulu mesjid dibangun sebagai pusat aktifitas positif umat, kini masyarakat hanya ingin berlomba-lomba membangun mesjid, meski harus meminta sumbangan di jalan.
Fenomena lainnya, mereka lebih mengedepankan besar ukuran, design, dan warna mesjid dibanding merencanakan aktivitas positif apa untuk meramaikan mesjid tersebut kelaknya.
Tak heran jika di dalam satu lingkungan biasanya terdapat lebih dari satu mesjid, namun sepi pengunjung. Beruntung jika jamaah yang datang bisa sampai satu shaf. Tak jarang, hanyalah burung-burung yang hinggap di teras mesjid tersebut. Atau anak-anak berlarian sambil bermain petak umpet.
Di masa sekarang, begitu banyak persoalan masyarakat yang mestinya bisa dimediasi bahkan diselesaikan di mesjid. Tak perlu muluk-muluk membincang soal korupsi, sebab persoalan sederhana pun masih banyak mengintai.
Di sekitar mesjid dekat rumah saya misalnya, masih banyak keluarga yang hidup miskin dan kurang berpendidikan. Selain itu, perilaku kekerasan terhadap anak masih dianggap sebagai urusan pribadi setiap keluarga.
Mestinya, di mesjid yang sedang direnovasi ini dirancang juga tempat khusus berkegiatan masyarakat. Mislanya kewirausahaan yang hasilnya akan dinikmati oleh masyarakat itu sendiri. Pengurus mesjid bisa bekerjasama dengan lembaga terkait atau mencari sponsor untuk mendukung kegiatan ini.
Mesjid juga bisa menjadi tempat edukasi bagi para keluarga yang terbisa melakukan budaya kekerasan. Atau anak yang mendapatkan perlakuan kasar bisa saja ditampung di sana. Untuk kebutuhan tersebut, mesjid bisa menyediakan satu ruangan khusus sebagai tempat penampungan korban kekerasan atau penelantaran.
Setiap mesjid sebaiknya memilki perpustakaan. Sehingga, di samping melakukan ritual ibadah, masyarakat juga bisa belajar ilmu agama dan ilmu umum. Setiap hari atau sekali dalam seminggu, perlu ada forum diskusi yang membahas berbagai persoalan kebangsaan, khususnya yang terjadi di lingkungan mesjid. Termasuk kajian-kajian keagamaan yang positif dan memiliki relevansi dengan kehidupan masyarakat sekarang ini.
Ini penting, terutama mengingat masih banyak di antara kita yang hanya melakukan ritual ibadah tanpa mengetahui landasan dan manfaatnya. Padahal, Islam mengajarkan untuk tidak mengikuti atau melakukan sesuatu yang tidak kita ketahui dasarnya.
Mengembalikan fungsi mesjid seperti di zaman Nabi adalah salah satu strategi penting untuk mengajak masyarakat memakmurkan mesjid. Jangan biarkan mesjid hanya berpenghuni pada jam-jam shalat saja. Sementara di luar itu, ia hanya menjadi bangunan mati yang dipandangi setiap orang yang melewatinya.[]